Kamis, 14 Agustus 2008

Proses produksi kain sutra

Dalam industri kerajinan kain sutra ada tiga tahapan produksi :
  1. Serikultur; meliputi penanaman pohon murbei, pemeliharaan ulat sutra, pemintalan kepompong ulat ( cocoon ) sampai menjadi benang sutra ( raw silk )
  2. Manufaktur; mencakup proses pengolahan benang sutra menjadi sehelai kain, melalui proses tenun, baik menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin ( ATBM )maupun menggunakan Alat Tenun Mesin ( ATM )
  3. Fashion; meliputi industri kerajinan batik, garmen ataupun untuk keperluan interior.
Secara garis besar keseluruhan proses itu sebagai berikut :

1. Jenis pohon murbei yang biasa ditanam petani adalah jenis Morus multicaulis dan Morus cathayana, jenis ini daunnya besar - besar dan banyak. Jarak tanam antar pohon murbei ini berkisar antara 0,5 meter sampai 1 meter, supaya unsur hara yang dibutuhkan pohon tercukupi. Harus dihindari pemakaian atau tercemarinya daun murbei oleh pestisida dan bahan kimia lainnya sebagai obat pembasmi hama, karena hal ini akan meracuni ulat sehingga ulat akan mati.



2. Pemeliharaan ulat sutera ini dilakukan di dalam ruangan, dengan suhu optimal 20° C sampai 25° C. Ruangan pemeliharaan ulat sutera ini biasa disebut rumah ulat. Sebelum pemelilharaan ulat dimulai ruangan harus di disinfektan untuk mencegah tumbuhnya bakteri dalam ruangan dan rak pemeliharaan. Fase pemeliharaan ulat sutera dimulai dari proses penetasan telur dari box telur, dimana 1 box telur dapat berisi 20.000 telur. Satu box ulat ini harus disuplai oleh 1.000 pohon murbei. Proses dari ulat sampai dapat mengokon harus menempuh 5 stadia, stadia 1 - 3 dinamakan stadia ulat kecil dan stadia 4 - 5 dinamakan stadia ulat besar, proses ini memakan waktu 28 hari.


3. Proses ini dinamakan proses reeling, dimulai dengan merebus kokon sampai dengan suhu 100° C. Tujuannya adalah untuk menghilangkan zat serisin yang terdapat pada kokon sehingga filamennya dapat dengan mudah ditarik. Proses reeling adalah menarik filamen dari beberapa kokon hingga menjadi satu benang. Penentuan jumlah kokon tergantung dari ukuran benang yang diinginkan ( denier ). Gabungan serat filamen kokon inilah yang disebut benang sutera mentah ( raw silk ).




4. Proses ini dinamakan proses pengelosan dan pemaletan. Benang pakan melewati proses pemaletan, sedangkan benang lusi melewati proses pengelosan.









5. Proses penghanian, Merupakan proses pembuatan benang untuk lusi, dalam sebuah beam ( gulungan besar ). Dalam proses ini benang sutera yang telah dikelos ditarik dalam satu bum. Banyaknya jumlah benang dalam setiap bum tergantung lebar kain yang diinginkan, nomor sisir tenun yang akan digunakan dan besar kecilnya ukuran benang ( denier ).







6. Proses pencucu'an, Pencucu'an merupakan proses lanjutan dari penghanian. Tujuan proses ini yaitu memasukan benang - benang dari bum ke dalam gun dan sisir tenun. Gun maupun sisir tenun yang akan digunakan haruslah bebas dari karat, sehingga benang lusi tidak akan mudah putus.


7. Proses tenun,Merupakan proses utama dalam seluruh rangkaian produksi. Proses ini merupakan proses final bagi pembuatan kain sutera . Jenis benang yang digunakan pada proses ini adalah benag lusi ( hasil hani ) dan benang pakan yang merupakan pemberi motif pada kain sutera ikat. Dengan menggunakan mesin ATBM rata - rata tiap orang per hari dapat memproduksi 3 meter kain.


8. Hasil akhir dari seluruh rangkain proses mulai dari menetasnya sebutir telur ulat sutra dengan diameter kurang dari 1 mm, melalui proses tenun menjadi berhelai-helai kain sutra yang indah dan mempunyai nilai seni tinggi.


1 komentar:

hanna hasyanah mengatakan...

saya sangat tertarik dengan proses produksi kain sutra. bisa saya mengetahui proses yang lebih detail mulai dari proses reeling hingga penenunan dan peralatan atau mesin yang digunakan. terimakasih